Ada seorang teman sedang berusaha memasang telepon di rumahnya, karena rumahnya belum memiliki telepon. Nah, kalau disebut "memasang telpon", sudah barang tentu yang dimaksud adalah telepon rumah atau yang disebut PSTN (Public Switched Telephone Network). Hanya, teman tersebut harus menunggu informasi dari pihak Telkom apakah di daerah rumahnya, masih tersedia line kosong dari jaringan telepon yang ada. Agak ribet ya?

Beda sekali dengan kalau kita membeli pesawat telepon fixed wireless, dengan menggunakan kartu Esia atau Flexi. Hari ini beli, hari ini juga kita bisa menggunakannya untuk menelepon dan untuk menerima telepon.


Telepon rumah, masihkah diperlukan? (Sumber gambar: www.indonesiamedia.com)

Juga telepon rumah sekarang hitungannya mahal. Flag fall-nya saja (he.he.he maksudnya abonemen...eh, BUKAN ABODEMEN ya!) sudah sekitar 38ribu! Itu tanpa dipakai sama sekali.
Dengan telepon lain, dari jenis fixed wireless seperti Flexi atau Esia, nilai 38ribu sudah mendapat sekian jam untuk bicara.

Hanya, mungkin secara nilai, nomor telepon rumah bisa lebih dipercaya untuk dijadikan jaminan sesuatu, misalnya kalau kita punya usaha. Orang cenderung akan lebih percaya kalau kita memberikan nomor telepon rumah dari jenis fixed-line (telkom) dibandingkan nomor telepon rumah yang fixed wireless. Untuk mendapatkan layanan fixed-line ini, memang dibutuhkan identitas resmi dan juga alamat rumah resmi. Berbeda dengan fixed wireless, yang orang lebih banyak menggunakan jenis layanan prabayar dibandingkan pasca bayar, yang juga membutuhkan identitas resmi. Selain itu, karena sering ada kejadian kriminalitas yang memanfaatkan telepon fixed wireless ini, seperti kasus penipuan undian berhadiah atau sms berhadiah, nilai kepercayaan orang terhadap nomor telepon seperti ini agak kurang.

Namun demikian, tetap saja telepon fixed wireless ini makin memasyarakat, mengingat sangat mudahnya orang mendapatkannya. Tarif yang murah, disertai berbagai layanan lain yang bersifat nilai tambah, misalnya nada sambung pribadi atau nomor pemanggil yang bisa ditampilkan di layar, daya tarik telepon jenis ini tidak semakin berkurang.

Karena pemakaian telepon rumah dari jenis fixed-lie makin berkurang, tidak heran jika pihak Telkom merasa perlu memasang iklan di media termasuk televisi, untuk mengkampanyekan pemakaian telepon rumah/fixed-line. Lucu ya, zaman dulu sewaktu Telkom masih sebagai pemain tunggal saya ingat...Telkom sering kampanye agar kita se-efisien mungkin menggunakan telepon apalagi di jam sibuk, namun kini...
Begitulah kalau perusahaan plat merah mendapatkan saingan!..he.he.he..

CP, Jan 2010
http://ceppi-prihadi.blogspot.com

0 Comments:

Post a Comment