Kota Tapal Batas. Itulah julukan yang diberikan kepada Bekasi, kota tempat berhuninya para blogger yang tergabung dalam komunitas Be-Blog. Dalam kaos seragam maupun di beberapa banner Be-Blog, kata-kata "Menembus Tapal Batas"' bahkan menjadi tagline-nya Be-Blog.
Saya pribadi kurang begitu paham dari mana istilah "tapal batas" ini berasal. Paling yang saya tahu, ada lagunya komponis besar kita Ismail Marzuki yang bercerita secara romantis kisah seorang gadis dalam suasana perang kemerdekaan berjudul "Melati di Tapal Batas". Dan yang dimaksud tentunya tapal batas Bekasi, kota yang menjadi salah satu pusat perjuangan di masa itu. Ini penggalan lagunya:

"Engkau gadis muda remaja
bagai sekuntum melati
engkau sumbangkan jiwa raga
di tapal batas bekasi
...."

Tapal batas? Hmm...di acara anjangsana ke Tugu Bina Bangsa (Apa Monumen Perjuangan Rakyat di Bekasi ya?) pada kegiatan Amprokan Blogger 2010-lah saya baru mengetahui mengapa Bekasi disebut kota tapal batas. Pada saat kunjungan ke monumen yang letaknya dekat dengan Taman Hutan Kota Bekasi ini, Pak Andi dosen antropologi Unisma yang merupakan seorang blogger juga, menerangkan sekilas sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Bekasi. Rupanya, wilaya Bekasi menjadi garis demarkasi wilayah kekuasaan Belanda dengan Republik Indonesia saat itu.

hutan kota,bekasi,amprokan
Anjangsana ke Monumen Perjuangan

Para pejuang RI di Bekasi yang tidak menerima kenyataan bangsa dan negaranya kembali dijajah, berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan oleh kedua Proklamator kita pada 17 Agustus 1945, dengan melakukan penyerangan-penyerangan terhadap pusat kekuatan Belanda di kota Bekasi. Terjadilah pertempuran-pertempuran hebat antara para pejuang RI dan pasukan tentara Belanda. Kekuatan militer yang tidak seimbang antara persenjataan modern yang dimiliki tentara Belanda didukung oleh Sekutu yang baru saja memenangkan Perang Dunia II, dengan persenjataan pejuang RI yang umumnya merupakan senjata rampasan dari tentara Jepang yang menyerah sebelum proklamasi, menimbulkan banyak korban di pihak pejuang RI. Namun demikian, pengaruhnya sangat besar terhadap kekuatan pasukan Belanda. Mereka beberapa kali dipaksa mundur ke arah Ibukota.

amprokan blogger
Monumen Perjuangan Rakyat di Bekasi, berupa 5 tugu setinggi 17 meter menggambarkan bambu runcing, senjata yang banyak digunakan saat itu

amprokan blogger
Heroisme perjuangan rakyat Indonesia di Bekasi terlukis pada relief ini

Pujangga besar kita Chairil Anwar dalam puisinya "Krawang - Bekasi" menggambarkan heroisme pejuang-pejuang RI dari daerah Bekasi ini dengan menyebutkan bahwa daerah ini menjadi tempat tulang-tulang berserakan, menandakan bahwa banyak sekali korban yang jatuh dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan ini.
Makanya sangatlah pantas jika Bekasi dijuluki sebagai Kota Patriot, karena dari kota inilah terlahir patriot-patriot bangsa yang rela mengorbankan jiwa raganya dalam menegakkan republik ini.

blogger amprok
"...Kami Mati Muda, Yang Tinggal Tulang Diliputi Debu
Kenang-kenanglah Kami
..."

Kini, kisah perjuangan mereka diwujudkan dalam beberapa monumen yang tersebar di Bekasi, kota maupun kabupaten, salah satunya adalah yang kami kunjungi, Monumen Perjuangan Rakyat di Bekasi.
Monumen tersebut tentu saja punya makna mendalam, seakan bercerita betapa hebat dan panjang peranan rakyat Indonesia di Bekasi dalam perjuangan sebuah bangsa menegakkan kemerdekaannya. Apakah makna itu sampai kepada kita? Atau jangan-jangan kini hanya berupa bangunan tanpa makna? Seperti kondisinya sekarang yang (maaf) memprihatinkan kurang terawat?
Monumen ini seyogyanya menggugah semangat kita, generasi bangsa sekarang ini agar selalu mengingat perjuangan para pendahulunya, melanjutkan "kerja belum selesai belum apa-apa" seperti yang disuratkan dalam Krawang-Bekasinya Chairil Anwar dan mempertahankan nilai-nilai perjuangan yang mereka miliki di tengah-tengah kehidupan modern saat ini, yang tentu saja bentuk perjuangannya sangat berbeda.

Pembangunan kota pastilah memiliki bidang-bidang yang diprioritaskan, namun yang non fisik pun harus diperhatikan. Salah satunya adalah nilai-nilai patriotisme bangsa ini, yang dalam sejarah perjuangan para pendahulu kita sudah mengajarkannya. Bagaimana menjaga nilai-nilai itu agar tidak luntur?
Mudah-mudahan kegiatan Amprokan Blogger ini menghasilkan sesuatu yang bisa menggugah siapapun, baik pihak PemKot, pihak swasta maupun masyarakat luas, agar lebih peduli terhadap nasib monumen ini, dan monumen-monumen lain yang ada di Kota Tapal Batas ini.

0 Comments:

Post a Comment